berita
halaman depan > berita

rekrutmen medis: apakah tes kulit masih sesuai?

한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak institusi medis yang mulai mempertanyakan efektivitas tes kulit. di satu sisi, banyak dokter percaya bahwa tes kulit tidak memiliki dasar ilmiah dan memiliki tingkat kesalahan penilaian dan hasil positif palsu yang tinggi. di sisi lain, seiring dengan kemajuan penelitian medis, metode deteksi baru secara bertahap diperkenalkan, seperti deteksi imunitas dan teknologi lainnya. metode ini lebih akurat mencerminkan status alergi pasien yang sebenarnya.

jebakan dan dilema pengujian kulit

meskipun penerapan pengujian kulit mudah dan cepat, namun terdapat banyak kekurangan dan kesulitan:

  • tingkat positif palsu yang tinggi: dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian menunjukkan bahwa hasil tes kulit positif palsu sering terjadi. banyak pasien memiliki reaksi tes kulit yang positif, namun hal ini tidak menunjukkan alergi yang sebenarnya, dan pasien ini akan mentoleransi penisilin bahkan ketika tes provokasi diulang.
  • kurangnya kelompok kontrol dan standardisasi: standarisasi pengujian kulit yang tidak memadai dan studi yang tidak memadai terhadap kelompok kontrol, dapat menyebabkan hasil yang bias.
  • fakta sebenarnya tentang alergi penisilin : dalam diagnosis dan pengobatan sebenarnya, reaksi alergi yang parah dapat terjadi ketika staf medis melakukan kontak dengan atau menghirup penisilin, namun tes kulit sulit diprediksi secara akurat.
  • bahaya keselamatan: ketergantungan pada pemeriksaan tes kulit juga dapat menimbulkan risiko keamanan, seperti kemungkinan pasien mengalami reaksi alergi saat melakukan tes kulit.

arah baru dan perspektif masa depan

dengan terus berkembangnya penelitian medis, teknologi dan metode baru diterapkan secara bertahap, yang telah merevolusi metode deteksi alergi penisilin. teknologi baru seperti tes imunitas dapat mencerminkan situasi pasien yang sebenarnya dengan lebih akurat. selain itu, institusi medis juga mulai menaruh perhatian pada penilaian risiko klinis dan menggunakan tes kulit sebagai metode tambahan, bukan sebagai satu-satunya dasar. hal ini akan membantu membangun mekanisme rekrutmen yang lebih lengkap dan menjamin keselamatan dan efektivitas kerja staf medis.