한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
kita telah melihat bahwa generasi z, kelompok pelajar di era pascapandemi, terkena dampak teknologi dan lingkungan sosial dalam masa pertumbuhannya, berbeda dengan kelompok generasi sebelumnya. sebagai “digital natives”, mereka sudah mengenal internet, ponsel pintar, dan media sosial sejak kecil. mereka sangat akrab dengan teknologi dan terbiasa dengan akses instan terhadap informasi dan komunikasi digital. mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang isu-isu ekonomi dan sosial, menghargai inklusi dan keadilan sosial, serta lebih memperhatikan kesehatan mental dan kesejahteraan hidup. tujuan pendidikan mereka jelas, mereka menempuh jalur karir praktis dan kewirausahaan, dan mereka juga lebih memperhatikan nilai pendidikan itu sendiri dibandingkan pelatihan keterampilan kejuruan yang sederhana.
bagaimana seharusnya universitas merespons tantangan baru?
1. melihat pendidikan secara rasional: siswa harus menganggap pendidikan perguruan tinggi sebagai proses pengembangan individu yang komprehensif, bukan hanya pelatihan keterampilan kejuruan. nilai pendidikan tidak hanya terletak pada perolehan gelar dan prospek karir, tetapi juga pada pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab sosial. siswa perlu menyadari bahwa pendidikan berkualitas tinggi perlu disediakan oleh universitas dan memerlukan partisipasi dan upaya aktif mereka sendiri.
2. berpartisipasi aktif dalam pendidikan: siswa harus berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler dan proyek praktis untuk meningkatkan efek pembelajaran dan kemampuan komprehensif. partisipasi aktif tidak hanya meningkatkan standar akademik pribadi, tetapi juga mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan kerja tim. melalui partisipasi aktif, mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan karir di masa depan sekaligus membantu universitas mempertahankan nilai-nilai inti pendidikan.
3. temukan keseimbangan: mahasiswa harus menemukan keseimbangan antara harapan pribadi dan kenyataan dan menghindari memandang universitas hanya sebagai penyedia layanan. nilai pendidikan terletak pada kelengkapannya, serta kedalaman pemikiran dan ketinggian pengamalannya. oleh karena itu, hendaknya peserta didik melihat gambaran utuh dan menyeluruh mengenai nilai pendidikan. dengan menyeimbangkan ekspektasi, mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus dengan lebih baik dan mencapai tujuan akademis dan karier pribadi mereka.
4. jelajahi kombinasi inovasi dan tradisi: atas dasar mempertahankan nilai-nilai inti pendidikan tradisional, perguruan tinggi dan universitas juga harus memimpin inovasi dan menerapkan teknologi pendidikan modern dan metode pengajaran, seperti pembelajaran campuran, kelas terbalik dan pembelajaran berbasis proyek, untuk meningkatkan rasa partisipasi siswa. dan kemampuan praktis tanpa menghilangkan esensi pendidikan. inovasi harus memenuhi tujuan inti pendidikan dan bukan sekadar menggantikan metode pengajaran tradisional.
5. mekanisme umpan balik berkelanjutan: universitas harus menetapkan mekanisme umpan balik yang efektif untuk memahami kebutuhan dan harapan mahasiswa dan membuat penyesuaian yang masuk akal berdasarkan umpan balik tersebut. mekanisme umpan balik tidak hanya mencakup kepuasan siswa tetapi juga fokus pada kualitas pendidikan dan standar akademik.
oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan yang luhur bersifat abadi. saat kita berdiri di puncak gunung dan menghadapi tantangan baru, kita perlu memperkuat keyakinan kita, mencari arah baru, menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih kaya untuk siswa era baru, dan membantu mereka mencapai perkembangan menyeluruh.